Gw kira, Pepatah 'roda kehidupan terus berputar, kadang di atas kadang di bawah' cuma ada di film melankolis. Karena gw merasa hidup gw akan tetap stabil, dan tidak terlalu harus memikirkan goncangan yang ada.
And hello.... bodohnya pemikiran gw itu, adakadabra gw mendadak menjadi si 'roda' yang berada di bawah. Gw baru sadar, Allah begitu mudah membolak-balik keadaan,memutar si roda kehidupan kencang-kencang,dan yang tidak berpegangan kuat akan terkejut atau mungkin terjatuh. Be Aware!
***
Beberapa bulan lalu, bulan yang penuh dengan rencana buat keluarga gw. Gw dan dan keluarga berencana pergi liburan ke Bali, berencana dan sedang merenovasi rumah, berencana membuat beberapa buah kontrakan, dan seabrek rencana kecil lainnya yang intinya bakalan menghabiskan uang tabungan kami.
Dan di bulan lalu juga, betul-betul jadi kursus kilat buat gw dan keluarga. Kursus kehidupan yang mengajarkan kita keiklasan, pengorbanan, kerukunan, kesabaran dan kerukunan. Nilai-nilai baik yang semuanya ada di mata pelajaran tentang moral.
Semua pelajaran berawal dari sebuah batu.
Batu kecil. Tapi berdampak besar.
Sebenernya gw bingung cara nulis pengalaman gw selama 2 minggupenuhrataptangis, tp gw akan sekuat tenaga berjuang agar tulisan gw ini bisa dimengerti yang baca! Doakan saya!*kepal tangan*
***
Gw berharap cerita ini bisa kasi gambaran tentang infeksi batu ginjal. Ya, batu kecil berdampak besar itu adalah batu ginjal. Memang tidak terkenal mematikan, tapi nyatanya bisa membuat seseorang 'hilang' di meja operasi. Jadi jangan menganggap si batu ini tidak berbahaya. Be Aware! *ganti baju wonderwomen*
Nyokap gw adalah salah satu orang yang menganggap batu ginjal tidak berbahaya, meskipun sempat di -opname karna kholik (kesakitan luar biasa, demam dan menggigil kedinginan parah) akibat infeksi ginjal kiri dan kanannya yang berbatu. Eits, jangan berpikir nyokap gw kurang minum, nyatanya nyokap adalah seorang peminum berat *ko ga enak ya kalimatnya?* maksudnya banyak sekali minum air putih. BANGET. Bahkan, kalimat pertama yang biasa nyokap lontarkan ke gw ketika gw baru bangun tidur adalah, “udah minum blm? Minum air putih yang banyak!” Dan beliau juga bukan tipe orang yang sering menahan pipis. Bukan.
Jadi, apa penyebab nyokap bisa sampe kena batu ginjal? Ternyata tingginya kadar asam urat dalam darah nyokap adalah penyebabnya. Konspirasi asam urat inilah yang mengambil andil dalam pembentukan batu ginjal. Pada orang-orang yang mengalami gangguan metabolisme asam urat, terjadi pembentukan asam urat yang berlebihan dan gangguan pengeluarannya. Akibatnya, terjadi penumpukan asam urat di dalam darah. Dampak jangka panjangnya akan menimbulkan batu ginjal yang jika dibiarkan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Faktor keturunan pun berpengaruh, jd giliran gw dan kedua kaka gw cap-cip-cup siapa yang dapet giliran. Eh! Ga dink! Naudzubillah! Jangan sampe kenaaa! Amin ya Allah... gw pun langsung menghindari mengkonsumsi vit c dosis tinggi,susu berkalsium tinggi,dan mengurangi asupan makanan dengan purin tinggi (protein tinggi) seperti jeroan, kacang-kacangan, cumi, udang,dan makanan tinggi protein lainnya.
Balik ke cerita.
Sabtu pagi itu, tiba-tiba nyokap dateng ke rumah dengan dipapah *dirangkul* tetangga. Karena tiba-tiba tidak bisa berjalan karena sakit luar biasa di sekitar perutnya.
Ya,kami langsung tahu kalau ginjal mama terdapat batu lagi. Kali ini lebih parah,disertai muntah-muntah dan juga menggigil kedinginan parah, hampir tak sadarkan diri (kholik lagi).
Singkat cerita, nyokap dibawa ke 2 dokter. yang kedua-duanya sama-sama menganggap enteng keadaan nyokap.
Lebih parah yang dokter pertama, dari tampangnya dokter itu baru lulus. Ketika akan membuat tindakan,dia selalu bertanya, “mau di (.......) ngga?” atau “ya terserah ibu”
Helloooo... kan bukan mau nawarin makanan mas dokter, tapi berusaha menyembuhkan orang yang lg sakit. Oalah, dokter gemblung.
Nyokap sebelumnya sempet minta dianter USG, dan dari hasilnya, si batu itu berada di ureter dan menghambat keluarnya urine.Dua hari nyokap cuma dirawat di rumah, tapi ternyata keadaannya makin buruk. Kali ini demam menggigilnya disertai halusinasi karena sudah setengah sadar. Asupan makananpun sudah amat mengkhawatirkan, maka langsung kami bawa ke RS tredekat ( RS Eka BSD) yang menawarkan teknik ESWL (menghancurkan batu ginjal tanpa operasi).
Tapi,keadaan nyokap saat itu tidak memungkinkan, banyak banget zat-zat (apa sih istilahnya?) di dalam tubuhnya yang berada di bawah garis merah. Dan 2 hari perawatan pun dilakukan untuk menggantikan semua yang berkekurangan itu. Setelah dirasa sampai taraf sudah 'cukup' baru sang dokter spesialis urologi akan melakukan tugasnya.
Keadaan Mama pun terus dipantau,lambat laun zat-zat dan nutrisi yang dibutuhkan sudah mulai membaik. Namun, setelah monitoring kembali keadaan batu ginjal dan infeksi yang ada, dokter kini tidak lagi menyarankan teknik ESWL namun akan lebih baik jika dilakukan tindakan operasi teropong yang kisaran harganya adalah 20 juta rupiah. Mendengar nominal itu aja udah cukup membuat gw mual. Tapi singkat cerita, kami sekeluarga memutuskan bahwa operasi teropong adalah jalan yang terbaik. Disamping cepat, termonitor, dan juga tidak ada kemungkinan terjadi infeksi lain akibat serpihan-serpihan batu yang pecah jika seandainya dilakukan ESWL. Gw pun bisa dengan tenang hati masuk kantor lagi setelah 2 hari ijin terus untuk nemenin mama.
Kegembiraaan ga berlangsung lama. Sorenya gw dapet SMS dari kaka gw, yang intinya nyuruh gw lebih baik cepet pulang. Kaki gw lemes, badan gw meggigil ketakutan. Semoga ga terjadi apa-apa. Gw langsung pulang dari kantor dengan kacau.
Di RS, gw liat mama dikelilingin entah berapa dokter, berapa suster, dan semua berwajah tegang. Ngeliat mama dengan selang-selang infus, oksigen, kateter, bibir yang membiru dan badan yang tersengal-sengal ga bisa napas, ditambah ngeliat wajah kedua kakak gw yang penuh air mata, karuan langsung membuat gw KACAU. Rasa bersalah karena ngerasa ga bisa ngejaga dan kurang perhatian ke nyokap langsung menghujani gw.
Dan disinilah kami, Ruang tunggu ICU. Gw dan ketiga kakak gw --anak-anak ayam yang “ditinggal” induknya. Yang paling berat adalah, ketika gw harus berpura-pura senang dan tersenyum meskipun beruraian air mata waktu bokap gw nelfon nanyain kabar mama. Tau kenapa? Karena bokap gw sendiri sakit-sakitan, dan bilang keadaan nyokap yang sebenernya bakalan bikin penyakit baru buat bokap.
It's really hurts..
Gw tertekan, gw kacau, gw hancur. Terdengar melankolis? Memang.
Walaupun gw cuma nunggu di ruang tunggu ICU dan cuma dapet jatah 2 kali dalam sehari untuk jenguk mama,tapi ada perasaan tenang saat ninggalin mama di ICU, setidaknya mama dikelilingi oleh orang-orang yang'mengerti', terus dipantau, dan mendapat perhatian serta pengawasan yang lebih.
Tapi perasaan tenang itu harus dibayar mahal, tiap detik biaya terus bertambah. Dan saat biaya sudah makin mendekati nominal yang ada di pundi-pundi kantong kami, waktu serasa berlari akan memakan kami. Malam pertama di ICU, nominal menunjukan 10juta, besok pagi langsung naik 30 juta.
Gw beneran panik.
Tekanan darah mama bener-bener ga stabil. Kadang naik tinggi bgt, kadang turun drastis. Untuk menstabilkannya pun dipakai obat-obatan.Di setiap milimeter kubil darah , sel darah putihnya pun naik drastis menjadi 25.000, yang normalnya ada dikisaran 6.000-10.000. Meningkatnya sel darah putih mengindikasikan infeksi yang luar biasa, dan harus dibantu dengan meempercepat masuknya cairan ke dalam tubuh, makanya harus dilakukan pemasangan selang infus di bagian leher. Namun sebelumnya, Tim Dokter melakukan pemeriksaan jantung untuk memastikan penyebab kenapa nyokap sesak napas. Karena tindakan medis untuk jantung dan infeksi berlawanan, jantung sebisa mungkin mengurangi cairan sedangkan infeksi memperbanyak cairan.
Buat gw yang awam tentang kesehatan dan tekanan mental akibat biaya yang terus membumbung, menjadi berpikir secara kasat mata kondisi mama sudah tidak perlu ada di ICU. Apa bahayanya tekanan darah sampai-sampai tidak boleh dipindahkan lagi ke ruang perawatan?
Tp ternyata turun-naiknya tekanan darah cukup riskan dan membahayakan nyawa , dan tim dokter yang menangani mama tidak mau melepas jika tekanan darah masih naik turun. Mama akan dipindahkan ke ruang perawatan jika tekanan darah sudah stabil tanpa dibantu obat yang diberikan.
*Setelah 3 hari di ICU, mama akhirnya bisa pindah ke ruang perawatan! Yeaayy!*
Hari pertama:
Balik lagi ke ruang perawatan, balik lagi ke keadaan awal. Semua nutrisi dan zat-zat yang ada di tubuh harus 'dibenerin' lagi. Syarat utama agar bisa dilakukan operasi adalah menurunkan tingkat leukosit yang merupakan penanda kondisi infeksi serta menaikkan hemoglobin.
Namun belum ada 1 jam dipindah ke kamar rawat, suhu badan nyokap tiba-tiba tinggi lagi,semakin tinggi, dan gw serta kaka gw pun semakin panik. Di suhu 40 derajat biasanya mama akan menggigil dan tak sadarkan diri lagi. Ketakuatan kami jadi nyata. Dokter jaga dan perawat pun harus kerja ekstra untuk membuat suhu badan mama kembali normal. Terlebih mama terus-terusan berhalusinasi, tingkat kesadarannya hilang,dan terus berontak. Hal itu berlangsung dari tengah malam sampai subuh.
Hari kedua:
keadaan nyokap mulai stabil, perlahan-lahan nutrisi dalam tubuh mulai membaik, leukosit mulai turun, dan hemoglobin meningkat. Tapi giliran gw dan kaka gw yang mulai drop, pikiran, hati, tenaga, semua rasanya sakit. Bahkan kita berdua bener-bener ga ada tenaga tersisa untuk bisa masuk kerja.
Hari ketiga:
Keadaan nyokap makin baik, mama sudah mengantongi ijin operasi dari dokter internis (penyakit dalam) dan jantung. Dan dengan tandatangan keluarga, Nyokap siap untuk melakukan operasi teropong. Bagai hari baru, akhirnya derita nyokap akan berakhir dan cepet balik ke rumah. Semua persiapan udh dilakukan, mulai dari briefing dokter anestesi (bius) dan dokter urologi. juga puasa.
Tapi sebelum jam operasi, mama tiba-tiba mulai diam. Tidur terus. Ya Allah, biasanya mama kl udh diam pasti ada apa-apa. Ternyata suhu tubuhnya naik lagi, dan makin tinggi. Tim dokter pun langsung mengecek keadaan nyokap,dan bertanya apakah akan terus dilaksanakan tindakan. (Hal ini yang gw sayangkan dikemudian hari,kenapa dokter yang bertanya? Harusnya mereka yang memberikan saran apa yang seharusnya kami lakukan.)
Setelah menunggu perkembangan, akhirnya sore harinya operasi tetap dilakukan.
Gw sekeluarga menunggu di ruang tunggu operasi, namun sekitar 15 menit kemudian kami dipanggil.
Sudah selesaikah operasinya? Cepat sekali!
Tapi apa kenyataan yang kami temui? Ternyata operasi dihentikan karena tiba-tiba jantung nyokap berhenti berdetak. Namun berhasil kembali berdetak dalam hitungan menit. Semangat kami langsung hilang, hancur rasanya. Sedih banget. Sesusah itukah mama harus menempuh jalan untuk sembuh?
Nyokap balik lagi ke ICU. Ruangan yang sama, wangi pembersih tangan yang sama, bikin gw muak dan ga berhenti2 nangis. Memang pukulan buat gw, tapi ternyata tim dokter pun merasa terpukul, terlihat dari wajah-wajah tegang mereka. Satu pelajaran untuk dokter ginjal itu, yang terlalu menganggap semua hal gampang! DAMN!
Semua tes lalu dijalanin, untuk mencari tau penyebab mama ga sadarkan diri.
Seketika biaya langsung membengkak. Meskipun biaya operasi tidak utuh (para dokter spesialis dan bedah tidak membebankan harga, kami hanya diminta untuk membayar obat dan transfusi darah selama operasi berlangsung, serta sewa kamar operasi) tapi tetap membuat rekening tabungan gw dan mba reni ludes.
Beruntunglah di saat-saat dimana gw ngerasa tertekan, cape, lelah, dan kesusahan, masih ada temen-temen gw yang selalu support.
^ Rena, Ajeng,Rini,Gw yg ga mandi2, ulan :*
^ temen-temen creative di PE
Begitupun temen-temen kantor, mereka ga keberatan gw terus-terusan ijin ga masuk selama 2 minggu, bahkan ikut menyisihkan sebagian rejekinya buat ngebantu biaya nyokap. Luv yu guys!
Biaya lagi. Biaya lagi. Rekening gw dan Mba Reni udah tinggal limit, buat beli dua piring ketoprak pun ga cukup. Alhamdulillah masih ada bude yang suka membawakan makanan..
Biaya ICU aja udah bikin gw bingung, ditambah harus mikirin operasi kedua yang nantinya masih harus dilakukan. Akhirnya uang tabungan pensiunan papa ikut ludes, bahkan emas impenan mama ikut dijual. Apapun akan kita lakukan demi episode melelahkan ini cepet berakhir.
Singkat cerita, akhirnya operasi kedua dilakukan. Sekitar pukul 2 dini hari, mama dibawa ke kamar operasi,dengan jumlah dokter yang 2 kali lipat dari semula. Kali ini persiapan dilakukan dengan teliti, karena setelah tes-tes lalu diketahui bahwa tingkat infeksi mama berada di angka 10 dalam tingkat normal seharusnya adalah 0,5. Bacteri coli yang seharusnya ada di dalam feses pun sudah beredar di dalam darah mama. Untuk itulah cairan dalam tubuh mama terus dikuras dan diganti.
Seluruh tim bedah pada operasi pertama diganti dengan para dokter spesialis senior. Oiya, Satu kalimat yg selalu bikin gw terharu sekaligus bangga dg mama, ditengah2 antara sedang sadar dan tidak, mama selalu bilang " doain mama, mama lg berjuang buat kalian" huaaa sedih boo dengernya.
Operasi bisa dibilang berhasil,tapi tidak pada tujuan semula. Karena pada saat operasi teropong, saluran ureter sudah berkabut tertutup nanah, sehingga tujuan awal pengambilan batu harus dialihkan dengan opsi ke dua, yaitu pemasangan selang pada ureter. Tp tetap Alhamdulillah.. walaupun 3 bulan lagi harus operasi lg buat cabut selang itu! Mungkin semangat dan doa mama juga turut andil dalam membangun kekuatan dirinya sehingga bisa melewati ujian ini.
Kursus kilat selama 2 minggu ini bener-bener harus dibayar mahal, 100 juta akhirnya harus kita keluarkan. Kencangkan ikat pinggang, dan tutup mata. Gw baru tahu apa itu rasanya gak punya uang. Buat beli somay seharga 5000 perak aja gw ga sanggup. Uang yang tersisa dikantong hanya cukup untuk ongkos pulang pergi dari kantor-rumah. Tp gw bersyukur, sdh diberi pelajaran yang amat-amat membuka hati dan pikiran gw selama ini. Makasih Ya Allah.. :)
***